Mendapatkan yang Kita Inginkan

Adonia . . . Meninggikan diri dengan berkata, “Aku ini mau menjadi raja.” –1 Raja-raja 1:5

Baca: 1 Raja-raja 1:5, 32-37

Aaron Burr dengan cemas menantikan hasil keputusan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. Dalam kedudukannya yang sama kuat dengan Thomas Jefferson dalam pemilihan presiden tahun 1800, Burr meyakini bahwa DPR akan mengumumkan kemenangannya. Namun, ternyata ia kalah, dan kepahitan menggerogoti jiwanya. Burr memupuk kebencian terhadap Alexander Hamilton karena tidak mendukung pencalonannya, dan perasaan itu mendorongnya membunuh Hamilton dalam duel senjata kurang dari empat tahun kemudian. Karena marah terhadap pembunuhan itu, rakyat AS menolak Burr dan akhirnya ia meninggal sebagai orang tua yang getir.

Perebutan kekuasaan politik merupakan bagian sejarah yang tragis. Ketika Raja Daud mendekati ajal, anaknya, Adonia, merekrut panglima dan imam besar pilihan Daud untuk menjadikan dirinya raja (1 Raj. 1:5-8). Namun, Daud telah memilih Salomo sebagai raja (ay. 17). Dengan bantuan Nabi Natan, pemberontakan Adonia berhasil dipadamkan (ay. 11-53). Meskipun diampuni, Adonia bersekongkol kedua kalinya untuk merampas takhta, dan Salomo pun menghukumnya mati (2:13-25).

Alangkah manusiawi untuk menginginkan sesuatu yang bukan milik kita! Namun, tak peduli betapa gigihnya kita mengejar kekuasaan, prestise, atau harta, semua itu tidak akan pernah cukup. Kita selalu menginginkan lebih. Alangkah jauhnya kita dari Yesus, yang “merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp. 2:8).

Ironisnya, pengejaran ambisi demi kepentingan sendiri tidak akan pernah menjawab kerinduan kita yang paling sejati dan terdalam. Menyerahkan hasilnya kepada Allah adalah satu-satunya jalan untuk mendapatkan damai sejahtera dan sukacita.

Oleh: Tim Gustafson

Renungkan dan Doakan
Apa yang dikatakan kerinduan dan tujuan Anda mengenai hati Anda? Apa yang perlu Anda serahkan kepada Allah hari ini?

Ya Allah, tolong aku memenuhi peran yang telah Engkau berikan dan tidak mengingini lebih dari itu. Bantulah aku untuk mempercayai-Mu dalam segala hal.
Amin…..
Selamat menjalani hari ini dengan semangat dan Kekuatan dari Tuhan, Gbu.

WAWASAN
Menurut peraturan kuno tentang warisan, Adonia, anak tertua di antara putra-putra Daud yang masih hidup, adalah ahli waris takhta yang sah. Namun, Daud memutuskan bahwa Salomo, yang lebih muda, anaknya dari Batsyeba, yang akan menggantikannya (1 Raja-Raja 1:17-18,30), meskipun dua dari penasihat kepercayaannya berpendapat bahwa Adonia adalah pilihan yang lebih baik (ay. 5-7). Pertanyaannya, mengapa Allah mengizinkan Daud memilih Salomo, padahal Dia mengetahui pada akhirnya Salomo akan melanggar semua hukum bagi raja (Ulangan 17:14-20), merusak reputasinya sendiri, dan menjerumuskan diri ke dalam penyembahan berhala (1 Raja-Raja 11:1-13)? Kitab Suci tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Sebaliknya, hal itu justru menjadi bagian dari kisah yang lebih besar. Sama seperti dunia membutuhkan raja yang lebih setia dan sanggup mengendalikan diri daripada Daud, dunia juga membutuhkan raja yang lebih setia dan berhikmat daripada Salomo. Hanya dengan kedatangan Yesus kita memperoleh hikmat, kebaikan, rasa aman, dan seorang Raja yang dibutuhkan seluruh dunia. –Mart DeHaan

Mari memberikan dampak yang lebih berarti bagi sesama dan lingkungan

BIRO INFOKOM HKI

Bagikan Postingan ini: