Habakuk 1:-4, 2:1-4, JAMITA MINGGU XIX DUNG TRINITATIS, 2 OKTOBER 2016

JAMITA MINGGU XIX DUNG TRINITATIS, 2 OKTOBER 2016

NATS : Habakuk 1:-4, 2:1-4

 

“Tuhan adalah Sang Penguasa dan Penentu Kehidupan”

 

Pendaahuluan

Sayalom…., Saudara-saudara yang terkasih dalam Yesus Kristus….

 

  1. Peristiwa Nasional
  2. Biasanya, kalau kita mendengar kasus korupsi, atau koruptor ditangkap KPK, sudah menjadi hal biasa di negara ini. Tapi Minggu ini, kita sangat di kagetkan oleh pemberitaan korupsi. Lembaga Penegak Hukum atau Mahkamah Konstitusi terlibat suap. Lembaga Penegak keadilan dari aspek Hukum terhisap kotornya perilaku koruptor. Ketua Mahkamah Konstitusi, Tertangkap Tangan menerima suap, 2 Miliar lebih.
  3. Rakyat indonesia sudah semakin muak, gelisah, gerah bahkan marah melihat perilaku korup di negara ini. Sementara di pihak lain, untuk makan saja susah, untuk sekolah tingkat dasarpun kesulitan. Pengangguran di mana-mana ?
  4. Melihat realita ini, apakah yang harus kita lakukan ? Bagaimana orang Kristen bersikap ?
  5. Peristiwa Pribadi

Penggalian Nats

  1. Pergumulan Habakuk
  2. Habakuk bergumul dengan kenyataan kehidupan yang ia lihat dan alami. Secara terbuka ia memaparkan pergumulan tersebut, yakni: Mengapa Tuhan membiarkan kejahatan, kelaliman, aniaya dan kekerasan, perbantahan, dan pertikaian tetap terjadi ? Hukum kehilangan kekuatan, keadilan tidak pernah muncul dan tidak pernah menang.
  3. Memang pada waktu itu Yehuda yang berada dalam kepemimpinan Yoyakim melakukan segala yang jahat di mata Tuhan. Walaupun sudah diperingati untuk bertobat, tetapi bangsa ini tetap keras kepala dan tinggal dalam dosa-dosanya.
  4. Dalam buku ini tampak imam Habakuk yang goyah ketika menyaksikan orang-orang Yehuda yang berbuat jahat tanpa takut Tuhan. Maka dengan bingung ia bertanya kepada Tuhan : Mengapa orang-orang tidak percaya hidup makmur di tengah orang-orang percaya ? Mengapa orang-orang jujur, hidupnya seolah tidak berdaya ? Tuhan seolah-olah berdiam diri tanpa menghukum ? mengapa sepertinya Tuhan acuh tak acuh. Ia ingin tahu mengapa Tuhan mengizinkan semua ini tanpa menghukum yang jahat.
  5. Habakuk bergumul dengan imannya dan secara terbuka berdialog dengan Tuhan serta menunggu reaksi dan jawaban Tuhan tentang hal tersebut. Sampai dua kali/ masa Habakuk melakukan dialog iman secara pribadi dengan Tuhan, dan akhirnya ia mendapat jawaban dari Tuhan.
  6. Dialog pribadi itu membawa Habakuk makin mengenal Tuhan secara pribadi dan lebih mendalam. Ia akhirnya sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada kejadian di bumi dan disekitar kita, yang tidak diizinkan oleh Tuhan untuk terjadi. Semua ada dalam kuasa-Nya. Misalnya ketika Tuhan menyatakan rencana-Nya untuk memakai babilonia untuk mengajar Yehuda, Habakuk tambah bingung karena bangsa ini jauh lebih jahat dari Yehuda sendiri. Jawaban Tuhan, walaupun tidak dimengerti sepenuhnya dapat memuaskan Habakuk. Tuhan memastikan Habakuk bahwa ia sedang mengerjakan sesuatu bagi Yehuda. Tuhan akan mengirimkan bangsa yang lebih korup dan jahat dari bangsa yehuda, sebagai cambuk dan alat untuk mengajar mereka.
  7. Akhirnya habakuk memilih untuk bergantung kepada Tuhan walaupun kelak petaka akan terjadi bagi bangsa Yehuda yang ditawan ke Babel sekitar 50 Tahun setelah nubuatan ini. Saat nubuatan disampaikan, babilonia belum menjadi bangsa yang besar yang bisa mengalahkan yehuda. Habakuk yakin, Tuhan akan membela orang-orang yang takut akan Dia. Tuhan akan membedakan antara orang-orang percaya dengan orang-orang tidak percaya. Dia berserah walaupun Tuhan sudah memberitahukan bahwa Yehuda akan ditaklukkan oleh bangsa yang jahat.
  8. Kita sebagai orang percaya dapat mempercayai Tuhan dalam masalah yang sangat sukar sekalipun. Rencana Tuhan adalah sempurna. Tak ada yang dapat menahan kehendak-Nya. Tuhan di takhta-Nya tampak lambat untuk marah tapi kejahatan pasti mendapat penghukuman.
  9. Tuhan dengan sabar mengajar Habakuk sampai akhirnya ia merespons dengan amsal dan kidung pujian oleh iman (3:18). Ia mendapat bahwa tidak ada masalah apa pun yang terjadi tanpa lepas dari pantauan Tuhan. Karena itu sebagai orang percaya kita hanya patut oleh iman dan iman pasti menghasilkan pengharapan.
  10. Habakuk akhirnya beralih dari kebingungan kepada kepastian, dari pergumulan iman kepada pujian dan penyembahan, dari perasaan beban kepada berkat, dari keresahan kepada ketenangan, dari keluhan kepada pengharapan dan penghiburan.

 

Refleksi:

  1. Saat ini pun kita sering berada pada posisi seperti habakuk. Sekeliling kita kacau dan tidak menjanjikan. Tetapi tetaplah pecaya pada Tuhan, walau berada di tengah masyarakat yang tidak adil. Tetaplah jujur di tengah masyarakat yang korup; tetaplah tulus dan luhut di antara masyarakat yang zolim dan penuh khianat.
  2. Karena Tuhan akan memelihara orang yang percaya dan kita tetap dalam perlindungan-Nya. Saat ini kita pun telah mengetahui bahaya, celaka, dan petaka abanyak terjadi. Tetapi seperti habakuk kita akan berkata bahwa Tuhanlah kekuatanku. Dengan iman kita akan menjadi tenag dan ketenangan ini membuat dunia sekitar kita bingung.

 

(MBW)

 

Bagikan Postingan ini: